AMERIKA SERIKAT RUNTUH !?
Oleh: Va Safi'i
Anda tahu neoliberalisme? Syukurlah jika sudah tahu. Namun, jika belum tahu, maka tidak ada salahnya untuk mencari tahu. Saya persilahkan untuk bertanya kepada "tuhan" google. Ada banyak penjelasan mengenai neoliberalisme.
Begini. Neoliberalisme adalah sistem ekonomi politik yang TIDAK dirancang untuk menghadapi kontingensi (keadaan yang masih diliputi ketidakpastian dan di luar jangkauan) seperti yang disebabkan oleh virus corona. Sistem inilah yang hari ini telah membuat hidup kita menderita.
Neoliberalisme dengan produknya yang bernama virus corona sudah membuat milyaran penduduk dunia hidup dalam ketakutan dan kepanikan. Sebuah sistem yang telah membuat diri kita menjadi takut untuk keluar rumah, kehilangan pekerjaan, menjadikan pasangan muda-mudi menjadi LDR-an (saya berdoa semoga yang LDR-an, hubungannya tetap langgeng. Dalam situasi seperti ini, kadangkala lirikan tetangga rumah lebih ampuh), dan seterusnya.
Sekali lagi, neoliberalisme tidak dirancang untuk menghadapi virus corona. Amerika Serikat sebagai pelopor dan promotor neoliberalisme sendiri, hari ini sedang mengalami kehancuran hidupnya. Sebuah potret dari negara super power yang gagal menghadapi makhluk kecil yang bernama virus corona. Menurut data hari ini (Minggu, 26 April), jumlah penduduk Amerika Serikat yang terinfeksi virus corona sudah mendekati angka 1 juta dan yang meninggal hampir mencapai 55 ribu jiwa. Sebuah pencapaian tragedi yang berlangsung hanya dalam hitungan hari.
Jika mau obyektif (sesuai fakta dan realita), sesungguhnya negara yang bernama Amerika Serikat itu tidak ada (maksudnya adalah negara sebagai kontruksi politik dengan fungsi sebagai instrumen untuk mengatur masyarakat). Yang ada adalah Amerika Serikat sebagai instrumen korporasi dan elit-elit liberal untuk meraih keuntungan pribadi mereka. Amerika Serikat adalah alat perang untuk kepentingan segelintir orang kaya (kapitalis) di dunia.
Coba kita perhatikan secara baik-baik. Selama ini, semua yang namanya peperangan dan pertumpahan darah terjadi di negara-negara di luar Amerika Serikat. Di dalam negeri Amerika Serikat sendiri, segalanya seolah-olah "aman-aman" saja. Apakah ini karena sistem dalam negeri Amerika Serikat terbukti kuat? Saya menjawabnya, tidak!
Hampir 55 ribu korban kematian karena virus corona menjadi salah satu bukti sekaligus fakta bahwa sistem kesehatan nasional Amerika Serikat tidak kuat dan tidak berjalan dengan baik. Di negara ini, jika kau tidak punya uang puluhan ribu dolar dan tidak punya asuransi kesehatan, maka jangan harap bisa masuk dan berobat di rumah sakit. Maka tidak mengherankan, sejak beberapa hari lalu, saya membaca berita bagaimana burung-burung gagak (burung pemakan bangkai mayat) beterbangan di langit-langit negara Amerika Serikat.
Kasus di Amerika Serikat tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa sistem kesehatan di negara tersebut tidak diperuntukkan bagi rakyat miskin, melainkan diperuntukkan bagi orang kaya.
Masyarakat Amerila Serikat adalah masyarakat yang dididik menjadi manusia-manusia individualis (mementingkan kepentingan diri sendiri). Karenanya, mereka menjadi bingung dan kelabakan pada saat disuruh untuk saling membantu dan saling bersolidaritas antar sesama guna menghadapi wabah virus corona. Wajar, mereka tidak mengenal konsep gotong-royong.
Dalam hitungan minggu, jutaan penduduk Amerika Serikat sudah hidup dalam ancaman pengangguran karena kehilangan mata pencahariannya. Dan, ini bukanlah situasi dan keadaan yang menggembirakan bagi sebuah negara yang dikenal kaya raya, memiliki peralatan serba canggih, yang mampu terbang keluar angkasa, dan segudang film hollywood lainnya.
Bencana di Amerika Serikat tidak akan segera berakhir. Kematian demi kematian penduduknya akan terus bertambah. Pendapatan keuangan negara tersebut terus menurun. Sumber-sumber kekayaan dari hasil merampok di negara lain, macet. Dan seterusnya. Yang mana akan semakin diperparah dengan rencana akan dibukanya "lockdown" pada bulan Mei mendatang. Sungguh sebuah keputusan yang sembrono, kata ahli-ahli kesehatan Amerika Serikat. Keputusan pemerintah Amerika Serikat tersebut menggambarkan pada kita bahwasanya negara tersebut lebih senang kehilangan nyawa rakyatnya daripada kehilangan perekonomiannya. Dan, masih banyak kontradiksi-kontradiksi lainnya yang terjadi di dalam negeri Amerika Serikat.
Sementara itu, di luar Amerika Serikat sendiri, berlangsung dinamika-dinamika politik yang kesemuanya berada di luar kontrol Amerika Serikat. Sebutlah misalnya, bagaimana Cina dengan "santainya" bergerilya di negara-negara Eropa, Afrika dan Amerika Latin. Amerika Serikat yang selama 150 tahun malang-melintang sebagai kekuatan adidaya, hari ini menghadapi lawan yang seimbang, yakni Cina. Hal serupa juga dilakukan oleh Rusia. Belum lagi ditambah dengan aksi manuver Iran di kawasan Timur Tengah, yang pada hari Rabu (22 April) kemarin, justru meluncurkan satelit "NOOR" (cahaya) militernya ke luar angkasa. Tentu, ini sebuah pukulan telak bagi Amerika Serikat dan sekutu setianya, yakni Israel. Belum lagi dengan hancurnya harga minyak dunia.
Memang, terlalu prematur jika hal tersebut kemudian bisa dijadikan kesimpulan bahwa Amerika Serikat akan runtuh. Meskipun begitu, kematian akibat virus corona, pengangguran dan ketakutan hidup dalam kemiskinan akan bisa menjadi pemicu bagi meletusnya protes sosial di negeri tersebut. Dan jika hal itu terjadi, berarti kekuatan di luar Amerika Serikat, seperti Cina, Rusia, Iran dan negara-negara aliansinya akan semakin tumbuh, berkembang dan menguat!
---
Boa noite
Selamat malam
#KaumMerah
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Oleh: Va Safi'i
Anda tahu neoliberalisme? Syukurlah jika sudah tahu. Namun, jika belum tahu, maka tidak ada salahnya untuk mencari tahu. Saya persilahkan untuk bertanya kepada "tuhan" google. Ada banyak penjelasan mengenai neoliberalisme.
Begini. Neoliberalisme adalah sistem ekonomi politik yang TIDAK dirancang untuk menghadapi kontingensi (keadaan yang masih diliputi ketidakpastian dan di luar jangkauan) seperti yang disebabkan oleh virus corona. Sistem inilah yang hari ini telah membuat hidup kita menderita.
Neoliberalisme dengan produknya yang bernama virus corona sudah membuat milyaran penduduk dunia hidup dalam ketakutan dan kepanikan. Sebuah sistem yang telah membuat diri kita menjadi takut untuk keluar rumah, kehilangan pekerjaan, menjadikan pasangan muda-mudi menjadi LDR-an (saya berdoa semoga yang LDR-an, hubungannya tetap langgeng. Dalam situasi seperti ini, kadangkala lirikan tetangga rumah lebih ampuh), dan seterusnya.
Sekali lagi, neoliberalisme tidak dirancang untuk menghadapi virus corona. Amerika Serikat sebagai pelopor dan promotor neoliberalisme sendiri, hari ini sedang mengalami kehancuran hidupnya. Sebuah potret dari negara super power yang gagal menghadapi makhluk kecil yang bernama virus corona. Menurut data hari ini (Minggu, 26 April), jumlah penduduk Amerika Serikat yang terinfeksi virus corona sudah mendekati angka 1 juta dan yang meninggal hampir mencapai 55 ribu jiwa. Sebuah pencapaian tragedi yang berlangsung hanya dalam hitungan hari.
Jika mau obyektif (sesuai fakta dan realita), sesungguhnya negara yang bernama Amerika Serikat itu tidak ada (maksudnya adalah negara sebagai kontruksi politik dengan fungsi sebagai instrumen untuk mengatur masyarakat). Yang ada adalah Amerika Serikat sebagai instrumen korporasi dan elit-elit liberal untuk meraih keuntungan pribadi mereka. Amerika Serikat adalah alat perang untuk kepentingan segelintir orang kaya (kapitalis) di dunia.
Coba kita perhatikan secara baik-baik. Selama ini, semua yang namanya peperangan dan pertumpahan darah terjadi di negara-negara di luar Amerika Serikat. Di dalam negeri Amerika Serikat sendiri, segalanya seolah-olah "aman-aman" saja. Apakah ini karena sistem dalam negeri Amerika Serikat terbukti kuat? Saya menjawabnya, tidak!
Hampir 55 ribu korban kematian karena virus corona menjadi salah satu bukti sekaligus fakta bahwa sistem kesehatan nasional Amerika Serikat tidak kuat dan tidak berjalan dengan baik. Di negara ini, jika kau tidak punya uang puluhan ribu dolar dan tidak punya asuransi kesehatan, maka jangan harap bisa masuk dan berobat di rumah sakit. Maka tidak mengherankan, sejak beberapa hari lalu, saya membaca berita bagaimana burung-burung gagak (burung pemakan bangkai mayat) beterbangan di langit-langit negara Amerika Serikat.
Kasus di Amerika Serikat tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa sistem kesehatan di negara tersebut tidak diperuntukkan bagi rakyat miskin, melainkan diperuntukkan bagi orang kaya.
Masyarakat Amerila Serikat adalah masyarakat yang dididik menjadi manusia-manusia individualis (mementingkan kepentingan diri sendiri). Karenanya, mereka menjadi bingung dan kelabakan pada saat disuruh untuk saling membantu dan saling bersolidaritas antar sesama guna menghadapi wabah virus corona. Wajar, mereka tidak mengenal konsep gotong-royong.
Dalam hitungan minggu, jutaan penduduk Amerika Serikat sudah hidup dalam ancaman pengangguran karena kehilangan mata pencahariannya. Dan, ini bukanlah situasi dan keadaan yang menggembirakan bagi sebuah negara yang dikenal kaya raya, memiliki peralatan serba canggih, yang mampu terbang keluar angkasa, dan segudang film hollywood lainnya.
Bencana di Amerika Serikat tidak akan segera berakhir. Kematian demi kematian penduduknya akan terus bertambah. Pendapatan keuangan negara tersebut terus menurun. Sumber-sumber kekayaan dari hasil merampok di negara lain, macet. Dan seterusnya. Yang mana akan semakin diperparah dengan rencana akan dibukanya "lockdown" pada bulan Mei mendatang. Sungguh sebuah keputusan yang sembrono, kata ahli-ahli kesehatan Amerika Serikat. Keputusan pemerintah Amerika Serikat tersebut menggambarkan pada kita bahwasanya negara tersebut lebih senang kehilangan nyawa rakyatnya daripada kehilangan perekonomiannya. Dan, masih banyak kontradiksi-kontradiksi lainnya yang terjadi di dalam negeri Amerika Serikat.
Sementara itu, di luar Amerika Serikat sendiri, berlangsung dinamika-dinamika politik yang kesemuanya berada di luar kontrol Amerika Serikat. Sebutlah misalnya, bagaimana Cina dengan "santainya" bergerilya di negara-negara Eropa, Afrika dan Amerika Latin. Amerika Serikat yang selama 150 tahun malang-melintang sebagai kekuatan adidaya, hari ini menghadapi lawan yang seimbang, yakni Cina. Hal serupa juga dilakukan oleh Rusia. Belum lagi ditambah dengan aksi manuver Iran di kawasan Timur Tengah, yang pada hari Rabu (22 April) kemarin, justru meluncurkan satelit "NOOR" (cahaya) militernya ke luar angkasa. Tentu, ini sebuah pukulan telak bagi Amerika Serikat dan sekutu setianya, yakni Israel. Belum lagi dengan hancurnya harga minyak dunia.
Memang, terlalu prematur jika hal tersebut kemudian bisa dijadikan kesimpulan bahwa Amerika Serikat akan runtuh. Meskipun begitu, kematian akibat virus corona, pengangguran dan ketakutan hidup dalam kemiskinan akan bisa menjadi pemicu bagi meletusnya protes sosial di negeri tersebut. Dan jika hal itu terjadi, berarti kekuatan di luar Amerika Serikat, seperti Cina, Rusia, Iran dan negara-negara aliansinya akan semakin tumbuh, berkembang dan menguat!
---
Boa noite
Selamat malam
#KaumMerah
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Komentar
Posting Komentar